Strategi meningkatkan Omset Penjualan Pupuk NASA di Sektor Perkebunan Kelapa Sawit

Penulis Ir. Eko Zulkifli (TS Pertanian NASA)

Pengetahuan yang integral tentang kelapa sawit, baik pengetahuan teknis maupun non teknis sangatlah penting untuk membuat perencanaan yang sistematik guna meningkatkan omzet penjualan pupuk NASA. Patut diketahui, pemberian pupuk kimia yang diberikan secara terus menerus dalam kurun waktu lama menyisakan berbagai permasalahan sekaligus tantangan agronomi, tantangan ekonomi dan tantangan ekologi. Namun seperti kata sebuah pepatah, dimana ada kesulitan disana pasti ada kemudahan, ketiga tantangan diatas jika kita sikapi dengan cara yang bijak akan menjelma sebuah peluang.

Tantangan Ekonomi
Anggaran biaya yang dialokasikan untuk kegiatan pemupukan kurang lebih 60%-70% anggaran operasional kebun. Branding teknologi pikat NASA adalah meningkatkan produksi dan menurunkan penggunaan pupuk NPK maupun pupuk tunggal. Hal ini menjadi jawaban dari permasalahan diatas dan menjadi peluang untuk meningkatkan penggunaan Pupuk NASA di Perkebunan Kelapa Sawit, sebuah produk yang terbaik juga membutuhkan tim pemasaran produk yang terbaik, sehingga peran distributor handal sangat dibutuhkan.
Tantangan Ekologi
Tahapan awal pembukaan perkebunan kelapa sawit yang tidak mengikuti prosedur yang benar kerapkali mendatangkan permasalahan yang bersifat jangka panjang. Pemberlakuan penerapan ISPO (Indonesian Suistainable Palm Oli) yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bersifat Mandatori (wajib) menjadi salah satu penyangga terhadap perkebunan kelapa sawit secara lestari. Teknologi Pikat NASA menjadi sebuah kebutuhan yang sinergi dengan diterapkannya kebijakan ISPO. Penggunaan pupuk organik, menjadi salah satu penilaian positif dan menjadi sebuah kebutuhan bagi pasar domestik maupun pasar mancanegara.
Ragam Kepemilikan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia.
Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, ternyata sampai dengan tahun 2013 perkembangan luas perkebunan kelapa mengalami kenaikan yang sangat luar biasa, namun secara komposisi luas kepemilikan perkebunan kelapa sawit didominasi oleh perusahaan swasta dan perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan milik negara mengalami penurunan drastis. Kejelian memahami calon konsumen merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam memasarkan produk Pupuk Nasa. Berdasarkan jumlah luas lahan perkebunan hingga skala ribuan hektar maka penggunaan pupuk Supernasa Granule dan Power Nutrition menjadi alternatif yang paling efektif untuk diaplikasikan.
wilayah Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit di Indoensia
Sejatinya penyebaran perkebunan kelapa sawit di awali dari empat wilayah besar yaitu, Sumatera (6.682.228 Ha), Kalimantan (3.306.523 Ha), Sulawesi (318.880 Ha) , Maluku dan Papua (123.677 Ha). Berdasarkan perkembangan luasan perkebunan kelapa sawit yang terbesar untuk wilayah Sumatera adalah Riau.
Anggaran biaya yang dialokasikan untuk kegiatan pemupukan kurang lebih 60%-70% anggaran operasional kebun. Branding teknologi pikat NASA adalah meningkatkan produksi dan menurunkan penggunaan pupuk NPK maupun pupuk tunggal. Hal ini menjadi jawaban dari permasalahan diatas dan menjadi peluang untuk meningkatkan penggunaan Pupuk NASA di Perkebunan Kelapa Sawit, sebuah produk yang terbaik juga membutuhkan tim pemasaran produk yang terbaik, sehingga peran distributor handal sangat dibutuhkan.
Tantangan Ekologi
Tahapan awal pembukaan perkebunan kelapa sawit yang tidak mengikuti prosedur yang benar kerapkali mendatangkan permasalahan yang bersifat jangka panjang. Pemberlakuan penerapan ISPO (Indonesian Suistainable Palm Oli) yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bersifat Mandatori (wajib) menjadi salah satu penyangga terhadap perkebunan kelapa sawit secara lestari. Teknologi Pikat NASA menjadi sebuah kebutuhan yang sinergi dengan diterapkannya kebijakan ISPO. Penggunaan pupuk organik, menjadi salah satu penilaian positif dan menjadi sebuah kebutuhan bagi pasar domestik maupun pasar mancanegara.
Ragam Kepemilikan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia.
Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, ternyata sampai dengan tahun 2013 perkembangan luas perkebunan kelapa mengalami kenaikan yang sangat luar biasa, namun secara komposisi luas kepemilikan perkebunan kelapa sawit didominasi oleh perusahaan swasta dan perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan milik negara mengalami penurunan drastis. Kejelian memahami calon konsumen merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam memasarkan produk Pupuk Nasa. Berdasarkan jumlah luas lahan perkebunan hingga skala ribuan hektar maka penggunaan pupuk Supernasa Granule dan Power Nutrition menjadi alternatif yang paling efektif untuk diaplikasikan.
wilayah Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit di Indoensia
Sejatinya penyebaran perkebunan kelapa sawit di awali dari empat wilayah besar yaitu, Sumatera (6.682.228 Ha), Kalimantan (3.306.523 Ha), Sulawesi (318.880 Ha) , Maluku dan Papua (123.677 Ha). Berdasarkan perkembangan luasan perkebunan kelapa sawit yang terbesar untuk wilayah Sumatera adalah Riau.