service@naturalnusantara.co.id (0274) 6499191

Status Buruh dan Mahasiswa Bukan Halangan Sukses di NASA

Penulis Rezky Turnaeni (DD)

Usianya baru 22 tahun. Dia adalah satu dari sekian banyak muda-mudi yang memilih merantau ke kota untuk mengubah nasib ekonomi keluarga. Ayahnya seorang pencari rumput sedangkan ibunya mencari nafkah dengan berdagang bakso dan sayur di pangkalan. Kondisi ini menuntut mbak Rezki segera bekerja selepas SMA. Ia pun merantau meninggalkan Purbalingga untuk menjadi buruh pabrik sepatu di Tangerang.


Buruh sepatu bisa naik gaji andai berstatus sarjana. Hal ini membuat banyak pekerja kemudian menyambi kuliah, termasuk Mbak Rezky. Namun hal ini justru membuatnya berkubang dalam kesusahan. Ia mesti bergelut dengan keuangan yang cekak, belum lagi bayar kuliah dan biaya hidup sehari-hari. "Dulu boro-boro bisa shopping, apalagi kirim duit ke kampung. Bisa makan pake kerupuk dan kecap saja sudah Alhamdullilah," tuturnya.

Di tahun 2015 ia mengenal produk NASA dari teman SMP-nya. Setelah merasakan sendiri manfaatnya, ia pun tertarik berjualan. Tapi ia bahkan tak punya cukup uang untuk bergabung di NASA. Pilihannya tepat. Sebulan di NASA ia bisa meraup 17 juta. Angka yang tak terbayangkan sebelumnya. "Saya langsung bayar hutang ke rentenir, beli tv, beli kulkas, beli kipas angin. Waktu itu di kos cuma ada kasur," imbuhnya.

Fokus dan konsistensi menjadi 2 prinsip kunci yang ia pegang. Di sela waktu kuliah dan kerja pabrik ia selalu konsisten memasarkan produk. Ia juga tak henti mempelajari ilmu penjualan dan pantangpindah-pindah ke bisnis lain. Ia rela menunda kesenangannya, demi hari esok yang lebih baik. "Jangan sampai lah merasa gagal padahal belum mencoba dan banyak usaha. Sukses itu butuh proses. Bikin mie instan aja harus bikin air panas kok," terangnya mengingatkan.

Hanya butuh satu tahun bagi mbak Rezky untuk berstatus stockist. Ia mensponsori berdirinya stockist di 3 kota yaitu Tangerang, Blora dan Purbalingga. Konsistensi, fokus dan kerja kerasnya terbayar lunas. Ia lalu memilih keluar dari pabrik, "Saya ingin memerdekakan waktu saya". Orangtuanya juga kini tidak lagi bekerja seperti dulu." Alhamdulillah, sekarang bisa dibilang saya berhasil mengubah ekonomi keluarga. Semoga ke depan bisa memberangkatkan haji orangtua," tutupnya tersenyum.