service@naturalnusantara.co.id (0274) 6499191

PEACE

Penulis Ir. Hana Indra Kusuma, MP (Direktur Utama PT.NASA)

Alkisah di sebuah negeri antah berantah, seorang pangeran yang dikutuk menjadi seekor katak oleh penyihir yang jahat pergi menemui seorang peramal untuk mengetahui apakah dia akan beruntung dalam urusan asmara atau tidak.

Peramal itu kemudian membaca telapak tangan si Katak jelmaan sang Pangeran tersebut dan berkata, "Aku mempunyai kabar baik dan kabar buruk. Mau dengar yang mana dulu?"

Si Katak ingin mendengar kabar baiknya terlebih dulu.

Peramal pun berkata, "Kamu akan bertemu seorang gadis amat cantik. Dia akan tertarik padamu dan ingin mengetahui segala sesuatu tentang dirimu. Dia ingin kamu terbuka padanya dan memberikan hatimu juga padanya."

"Wah, sungguh beruntung aku!," kata si Katak. "Tapi, lalu apa kabar buruknya?" tambahnya.

Kabar buruknya adalah, "Kamu akan bertemu dengannya di sebuah laboratorium praktikum biologi!"

Mendengar jawaban sang Peramal tersebut si Katak tidak terima dan menganggap ramalannya palsu sehingga tidak mau membayar jasa ramalan, sementara sang Peramal tetap menuntut haknya untuk dibayar. Maka terjadilah konflik diantara si Katak dan sang Peramal.

Konflik adalah salah satu 'warisan' dunia yang telah berusia lama. Konflik adalah sesuatu yang bersifat alamiah. Konflik bisa berupa hal apapun, menimpa siapapun, serta antar siapapun, bisa antara individu, lembaga dan antar negara. Bisa juga individu dengan lembaga atau negara atau lembaga dengan negara. Bahkan seseorang bisa berkonflik dengan dirinya sendiri, karena pikiran atau pendapatnya sendiri yang saling bertentangan untuk membuat sebuah keputusan atau pilihan misalnya.

Dalam dunia bisnis, tak terkecuali bisnis jaringan, data menunjukan baik konflik secara langsung (antar pihak dalam bisnis tersebut) maupun tidak langsung (misal: konflik internal keluarga) sering menjadi salah satu faktor yang memperlemah bahkan menghancurkan bisnis jika tidak diantisipasi (belum terjadi) dan ditangani (telah terjadi) dengan pola yang baik dan benar (manajemen konflik). Konflik bak rayap yang menggerogoti 'bangunan bisnis' sehingga menjadi semakin rapuh dan rentan runtuh.

Konflik umumnya tidak terjadi serta merta/tiba-tiba, namun terlebih dahulu melalui serangkaian proses, sehingga jika cepat mengidentifikasi dan cepat bertindak maka akan bisa dicegah atau setidaknya bisa relatif lebih cepat dan mudah diselesaikan.

Jarang terjadi dalam suatu konflik pihak pertama benar 100% dan pihak yang lain salah 100%. Biasanya jika dianalisa secara komprehensif dan detail, pada kebanyakan konflik masing-masing pihak ternyata punya sisi benarnya sekaligus sisi salahnya sekaligus, lepas pihak yang satu benarnya banyak atau dominan, sementara pihak yang lain lebih banyak salahnya. Bagaimanapun juga manusia bukanlah makhluk yang sempurna.

Jangan cepat membuat sebuah penilaian bahkan keputusan, namun identifikasi dulu dengan seksama sebagai dasar analisa menyeluruh dan mendalam untuk menyelesaikan konflik. Ibarat sebuah rumus 2A+3B+4C=X, cari tahu dulu dengan benar berapa nilai variabel A, B & C baru dihitung untuk menghasilkan nilai X yang benar. Nilai variabel A, B & C sudah diketahui saja jika mengalikan dan menjumlahkannya ada yang keliru akan dihasilkan nilai X yang salah apalagi kalau Nilai A, B & C nya belum diketahui semua dengan jelas sehinggga hanya dikira-kira saja akan semakin menghasilkan nilai X dengan bias kesalahan yang besar. Maka proses identifikasi dan verifikasi sumber masalah konflik mutlak dilakukan terlebih dulu dengan cermat.

Komunikasi intensif menjadi kunci serta mencoba fokus pada poin-poin persamaan atau kesepahaman bukan di perbedaannya. Jikalau diperlukan, libatkan pihak ketiga yang sama-sama dipercaya sebagai jembatan perantara komunikasi antar pihak yang berkonflik. Dalam proses komunikasi , cobalah sama-sama berupaya saling bergantian menjadi pendengar yang baik dulu didasari kepala dingin dan hati tertata.

Kemauan kuat untuk menyelesaikan konflik didasari oleh semangat humanisme untuk menuju kesepahaman, menggali win-win solution, saling empati dan keinginan hidup damai akan sangat diperlukan. Kedepankan kekuatan cinta bukanlah cinta kekuatan.

Kejujuran dan kedewasaan semua pihak untuk menilai secara obyektif (bukan subyektif) terhadap persoalan yang menjadi penyebab konflik akan menjadi dasar yang kuat.

Pergunakan selalu Etika Agama, Etika Hukum, Etika Sosial dan Etika Bisnis sebagai dasar pedoman bersama guna penilaian secara obyektif .

Jangan ambil keputusan penting apapun di saat konflik masih belum reda apalagi masih panas, karena keputusan yang dihasilkan cenderung mempunyai potensi kemungkinan keliru atau kontra produktif lebih besar akibat diputuskan saat emosi masih mendera dimana akan sangat mendegradasi pikiran jernih dan hati yang lapang sehingga derajat kualitas keputusannya pun menjadi rendah. Ibarat air minum, jika masih panas akan lebih beresiko jika dipaksakan diminum, tunggulah beberapa saat agar lebih rendah suhunya.

Terkadang perlu waktu dan proses cukup panjang bagi penyelesaian sebuah konflik, maka 'stock' kesabaran sangat diperlukan.

Kebesaran dan keluhuran jiwa untuk meminta maaf dan memberi maaf, adalah suatu kemewahan yang harus diperjuangkan bersama, walau hal itu awalnya sangat berat dan mungkin belum bisa sepenuhnya menyelesaikan konflik dengan tuntas pada saat itu, namun semestinya akan memperindah masa depan bersama kelak.

Konflik adalah sesuatu yang tak dicari...
Tetapi kadang bisa dihindari.

Konflik bukan sesuatu yang diinginkan...
Namun tetap hadapi dengan elegan.

Konflik membuat bimbang...
Jadi jangan biarkan mengambang.

Konflik menjadikan susah...
Terimalah dengan ikhlas, selesaikan penuh kesungguhan, niscaya akan menuai banyak hikmah.

Konflik bukan sesuatu yang bagus...
Maka tanpa upaya kuat bagi penyelesaiannya bak api akan memberangus habis dengan rakus.

Konflik hal yang tak enak...
Maka upayakan segera selesaikan dengan baik dan bijak.

Konflik mungkin dianggap musibah...
Namun jika mampu menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik dan benar akan mewarnai hidup terasa lebih lengkap dan indah.

"Dunia adalah tempat yang berbahaya untuk hidup, bukan karena orang-orang jahat, tetapi karena orang-orang yang tidak melakukan apa-apa" (Einstein).

Mungkin termasuk tidak melakukan apapun dengan segenap daya, sepenuh hati dan ketulusan untuk menyelesaikan konflik. Apapun konflik atau pertikaian yang terjadi tetaplah fokus dan lakukan upaya baik dan benar yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikannya, karena kalau tidak menjadikan Pertikaian Akan Capai Akhirnya, maka PErjuangkan Agar Cepat Endingnya, sehingga dengan PErdamaian Akan Ciptakan Enaknya suasana batiniah sebagai salah satu pilar kesuksesan dan kebahagiaan hakiki.

Semangat Pagi...! Never Give Up...!